Taubatnya Raja Thalut, Ketika Hendak Membunuh Nabi Daud

Ketika Nabi Daud telah membunuh Jalut, Thalut kembali bersama Bani Israil dengan kemenangan. Lalu Thalut menikahkan putrinya dengan Daud dan memberikan separuh dari kerajaanya kepada menantunya itu.
Setelah itu kaum Bani Israil berkumpul dan meneriakkan, “Kami menuntut Thalut agar turun dari tahta dan kami angkat Daud sebagai raja kami, karena beliau adalah dari keluarga Yahudza dan lebih berhak memerintah kerajaan ini.”
Ketika Thalut merasakan desakan itu dan kawatir atas kerajaannya, ia ingin berkonspirasi membunuh Daud. Akan tetapi salah seorang dari menterinya berkata kepadanya,
Sesungguhnya engkau tidak akan mampu membunuhnya kecuali dengan bantuan putrimu!!” Thalut segera menemui putrinya dan berkata, “Putriku, sesungguhnya aku ingin melakukan sesuatu dan kuharap engkau berkenan membantuku”
“Apakah tugas itu ayah?” tanya putrinya.
“Aku ingin membunuh Daud, karena dia telah memecah belah antara aku dan rakyat”, jawab sang ayah.
Sang putri berkata, “Ayah-ku tercinta, sesungguhnya Daud mempunyai suatu kekuatan dan sangat pemarah. Aku kawatir jika kau tidak mampu membunuhnya, justru kaulah yang akan terbunuh. Lalu kau bertemu Allah SWT dalam keadaan membunuh dirimu sendiri dan menghalalkan darah Daud!”
“Aneh, ide seperti itu muncul dari seorang yang selama ini kukenal bijaksana dan berpikiran cemerlang! Bagaimana ayah bisa terperosok ke dalam pemikiran sempit dan tipu daya yang lemah ini, untuk membunuh Daud, sedang ayah tahu bahwa beliau adalah seorang penduduk bumi yang teguh pendirian dan tidak pernah takut mati?!” ucap putri Thalut membela Nabi Daud.
Thalut berkata, “Sesungguhnya aku tidak mau mendengar perkataan seorang wanita yang mabuk kepayang terhadap suaminya, sehingga cintanya itu menghalanginya untuk menerima sesuatu dari ayahnya sendiri dan nasihat-nasihatnya. Ketahuilah putriku, aku tidak pernah mengajakmu melakukan niatku ini kecuali karena aku telah mantap untuk memutuskan hubungan menantu dengan-nya. Sekarang boleh pilih, aku akan membunuhmu atau kau akan membunuhnya.” Sang putri menjawab, “Berilah aku kesempatan, hingga bila suatu saat aku mendapatkan waktu yang tepat, ayah akan kuberi tahu.
Si perawi berkata: Dan telah diberitahukan kepada kami oleh Juwaibir dari ad-Dhahhak dari Ibnu Abbas, bahwa sang putri segera beranjak mengambil sebuah kantung air, kemudian memenuhinya dengan arak. Setelah itu ia bubuhi dengan minyak misik dan ambar serta wewangian lainnya.
Kemudian diletakkannya kantung air tersebut di tempat tidur Daud dan ia menyelimutinya dengan selimut Daud, setelah ia memberitahukan hal it kepada Daud dan memasukkan Daud ke kamar lain.
Setelah selesai, dia segera mem-beri tahu ayahnya. Thalut segera berkata, “Ayo ke rumah Daud, lalu bunuh dia.” Maka dia pergi ke rumah Daud dan terus menyelinap ke dalam rumah dengan sebilah pedang. Kemudian putrinya ber-kata, “Dia ada di sana. Sekarang tinggal urusan ayah dengan dia.” Thalut langsung mengarahkan pedangnya tepat pada ulu hati sasar-an, kemudian menancapkannya sampai tembus, sehingga tumpah-lah arak tersebut dan menebarkan semerbak misik dan wewangian.
Setelah itu dia berkata, “Wahai Daud! Alangkah wanginya mayatmu, bahkan ketika kau masih hidup lebih wangi lagi. Kau memang orang yang suci dan bersih!”
Melihat kejadian itu ia pun menyesal. Sambil menangis, ia meng ambil pedangnya dan mengarahkan ke tubuhnya untuk bunuh diri.
Tiba-tiba putrinya memeluknya dan berkata, “Ayahku tersayang! Ada apa denganmu? Bukankah engkau telah mengalahkan musuh-mu dan berhasil membunuhnya? Kini Allah telah melepaskan dirimu dari ancamannya dan sepenuhnya kerajaan ada pada genggaman-mul”
Sang ayah berkata, “Putriku tersayang! Kau tahu bahwa perasaan iri dan dengkilah yang telah memaksaku untuk membunuh-nya dan menjadikan aku termasuk penghuni neraka. Sesungguhnya Bani Israil tidak akan ridha dengan apa yang telah aku lakukan. Itu-lah sebabnya aku lebih baik bunuh diri.”
Sang putri lalu berkata, “Ayah Apakah kau senang apabila kau ternyata belum membunuhnya?”
“Ya,” jawab sang ayah.
Si perawi berkata: Lalu sang putri mengeluarkan Daud dari rumahnya dan berkata, “Ayah! Sebenarnya engkau belum membunuhnya Inilah Daud!” Si perawi berkata: Thalut lalu menyesali kelakuannya.
Ishaq berkata: Telah diceritakan kepada kami oleh Ibnu Sam’an, dari Makhul, ia berkata, “Ahlul kitab telah menyatakan bahwa Thalut telah bertobat kepada Allah SWT dan memohon agar dibebaskan dari dosa-dosanya.
Bahkan, dia pernah menemui seorang wanita tua dari Bani Israil yang menguasai hizb ampuh yang apabila berdoa dengannya pasti Allah mengabulkannya. Thalut berkata kepada Wanita tua itu, “Sesungguhnya aku telah berbuat kesalahan, dan tidak ada yang bisa memberi tahu kepadaku tentang kifaratnya kecuali Ilyasa. Apakah engkau sudi pergi bersamaku ke makammya, lalu engkau berdoa kepada Allah Azza Wajalla agar membangkitkan Ilyasa’ dari kuburnya, sehingga aka bisa bertanya kepadanya tentang kifarat dari kesalahanku?”
“Baiklah”, jawab wanita itu.
Lalu mereka berangkat ke makam Ilyasa’. Si perawi berkata: Setelah mereka sampai, wanita tua it pun melakukan salat dua rakaat, kemudian memanjatkan do kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi.
Maka keluarlah Ilyasa’ dari kuburnya lala berkata, “Wahai Thalut! Sebesar apa kesalahanmu, sehingga kau keluarkan aku dari tempat pembaringanku?!”
Thalut berkata, “Wahai Nabi Allah! Sungguh perkaraku telah membuatku tersiksa. Itulah sebabnya aka harus menanyakannya kepadamu.”
Setelah Ilyasa’ mengetahui masalahnya, dia berkata, “Sesungguhnya kifarat dari kesalahanmu ita adalan kau harus berjihad dengan dirimu dan keluargamu hingga tidak scorang pun dari kalian yang tersisa.”
Kemudian Ilyasa’ kembali ke pembaringannya. Dan Thalut pun melakakan petunjuk itu, sampai dia dan keluarganya semua terbunuh dalam jihad mereka.
Sumber, Kitab Tawwabin Li Imam Ibnu Qudamah.
Telah diberitakan kepada kami oleh Ahmad al-Mubarak, telah diberitakan kepada kami oleh Isabit, telah diberitakan kepada kami oleh Abu Ali bin Dauma, telah diberitakan kepada kami oleh Mukhallad bin Ja*far, telah diberitakan kepada kami oleh al-Hasan bin Alawiyah, telah diberitakan kepada kami ole Ismail bin Isa, telah diberitakan kepada kami oleh Ishag bin Bisyr, telah diberita-kan kepada kami oleh Abu Ilyas, dari Wahb bin Munabbih: