Tawwabin

Kisah Para Nabi, Taubatnya Nabi Daud Karena Menyukai Seorang Perempuan Cantik

Suatu waktu dalam sebuah pertemuan dengan para pengikut atau kaumnya. Ada sesorang yang nyeletuk “Tak seorangpun dalam sehari lepas dari dosa”

Nabi Dawud tidak setuju atau tidak sependapat dengan pernyataan orang tersebut. Beliau merasa bahwa dirinya bisa lepas dari dosa dalam satu hari, bahkan pada hari-hari ketika sedang berkhalwat di dalam mihrabnya. Katanya dalam hati beliau : ‘Pada hari ketika aku dalam mihrab, tidak mungkin ada kesalahan mendekat kepadaku’

Hanya secuil kesombongan saja Allah langsung menegur beliau : “Hai Daud hati-hati kamu dengan pernyataanmu, pegang pernyataanmu sampai kamu melihat cobaan”.

Benar, pada suatu ketika, Nabi Daud melakukan rutinitas didalam mihrabnya, perhatiannya tertuju pada kitab Zabur, dibaca dan dikaji isinya. Tiba-tiba seekor burung masuk melalui jendela, hinggap di lantai dekat kakinya. lalu terbang dan bertengger diatas rak yang ada didepan beliau.

Burung itu sangat elok, dadanya berwarna emas, sayapnya berwarna sutra yang tersulam perak, paruhnya dari berlian, dan kakinya dari batu permata.Pandangan mata Nabi Daud mulai mengarah ke burung itu. Dia mengira burung itu datang dari Surga. Dia terkagum-kagung dengan keindahannya.

Pada saat itu beliau ingat anaknya yang masih kecil. Dalam hatinya berkata ‘Bagaimana kalau burung itu saya tangkap untuk anakku’

Mulailah beliau bergeser dari tempat duduknya untuk mendekati si burung. Pada saat yang sama burung itu juga bergeser semakin jauh. Semakin Nabi Daud mendekat, semakin menjauh pula burung itu. Hingga akhirnya burung itu hinggap di jendela. Nabi Daud berdiri dan berusaha menangkapnya. Namun tangannya membentur jendela yang membuat burung itu terbang keluar. Mata Nabi Daud mengikuti kemana terbangnya burung, sampai sempat kepalanya melongok keluar jendela.

Diluar tampak taman dan alam nan indah dan elok. Tidak jauh terlihat wanita sedang mandi. Cantik dan menawan. Dipandangnya wanita itu dengan penuh perasaan. Bukanlah wanita jika tidak peka nalurinya. Wanita itu merasa ada yang memperhatikan. Secepat kilat dia menutup badannya setelah mengetahui siapa yang melihat.

Nabi Daud tertambat hatinya dengan wanita itu. Beliau mengirim seorang tentaranya untuk memastikan siapa wanita tersebut. Utusan segera berangkat dan kembali dengan membawa identitas wanita yang dimaksud. Namanya Tasyayu Binti Hanana. Suaminya bernama Uraya bin Shura. Tinggal di sebuah wilayah dan di wilayah tersebut juga tinggal keponakan Nabi Daud.

Mengetahui tempat tinggal wanita itu satu lokasi dengan keponakannya, Nabi Daud mengirim surat. “Wahai keponakanku setelah kamu menerima surat ini, perintahkan kepada Uraya untuk membawa peti mati maju kedepan pasukan”, demikian isi surat itu.

Sudah dimaklumi oleh semua orang, siapa yang maju ke depan pasukan tidak akan kembali kecuali sudah menjadi mayit, atau lolos atas pertolongan Allah.

Komandan mamanggil Uraya dan dibacakan surat dari Nabi Daud kepadanya. Uraya hanya mengatakan “Kami dengar dan kami taat”. Kemudian maju kedepan membawa peti mayat. Dilewatinya pasukan yang siap siaga berbaris. Sampai didepan ajal telah menunggunya, dan ia pun tewas. Keponakan Nabi Daud segera mengirim surat balasan, bahwa perintah sudah dilaksanakan.

Wanita itu kini menjadi janda dan dalam masa iddah. Ditunggunya masa iddah itu oleh Nabi Daud. Dan ketika telah habis dikirimlah utusan untuk melamarnya jadi istrinya.

Qotadah meriwayatkan,.
Paska pernikahan dengan Tashayu, Nabi Daud terus berkhalwat didalam mihrab. Suatu hari ketika sedang dalam mihrab, Nabi Daud mendengar suara yang keras memekik, kemudian muncul dua orang yang tak dikenal.

Allah berfirman :
‘Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut karena kedatangan mereka berdua’ Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut; (kami) adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. (Shad : 22)

Mereka melanjutkan :
“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor saja.
Maka dia berkata:
“Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan”.(Shad : 23)

Nabi Daud Menjawab :
“Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini”.(Shad : 24)

Orang yang didakwa itu tertawa. Lalu Nabi Daud menghardik mereka “Kamu berbuat dholim kok kemu malah tertawa ? Mau kah kamu ku pukul hingga wajahmu terbelah menjadi dua…?”

Orang itu balik berkata : “Kamulah yang perlu dipukul, kamulah yang memutuskan untuk dirimu sendiri” Lalu kedua orang asing itu menghilang.

Dalam lanjutan ayat disebutkan, “Dan Daud mengetahui bahwa Kami (Allah) mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”(Shad : 24)

Nabi Daud mengerti dan sadar, yang dimaksudkan oleh kedua orang asing itu adalah dirinya. Segera beliau menjatuhkan wajahnya ke lantai, bersujud sampai 40 hari. Beliau tidak mengangkat kepala kecuali ada hal yang darurat. Beliau menangis sehingga sekeliling wajahnya tumbuh rumput.

Beliau memanggil-manggil nama Allah agar diterima taubatnya. Ditengah isak tangis beliau, terdengar suara : “Duad apakah kamu lapar, Daud apakah kamu haus ? Apakah kamu dianiaya ? dan kamu butuh pertolongan ?”

Nabi Daud tidak menghiraukannnya, beliau terus menyebutkan kesalahannya, manangis dan berterik, lalu memanggil ” Ya Tuhan, … dosa telah menimpaku..”

Allah memanggilnya “Hai Daud, angkat kepalamu, Aku telah mengampunimu”
Nabi Daud berkata : ‘Ya Tuhan bagaimana Engkau mengampuni dosaku, sedangkan orang yang aku dholimi (Uraya) belum memaafkan aku..?”

Allah menjawab “Wahai Daud, kepadanya di hari kiamat kelak, Aku berikan dia pahala yang tidak pernah dilihat oleh matanya dan tidak pernah didengar oleh telinganya.”

Aku berkata kepadanya ‘Senangkah engkau wahai hambaku ?’

Dia (Uraya) berkata ‘Wahai Tuhan.. dari mana ini..?, amal perbuatanku tidak sampai segini..’

Aku menjawab, ‘Ini adalah penggantian dari hamba-Ku Daud. Aku minta kepadanya untuk di hibahkan kepadmu, dan dia menghibahkan kepadamu karena Aku”.

“Ya Tuhan, sekarang aku tahu bahwa Engkau telah mengampuni aku”. Begitulah akhir ucapan Nabi Daud.

Kisah ini memberi hikmah kepada kita, bahwa sifat manusia itu sama, dari zaman dahulu sampai sekarang, tidak berbeda. Yang namanya nafsu tetap sama, yang membedakan adalah akhir kesudahannya.

 

Sumber : Kitabut Tawwabin, Imam Ibnu Qudamah

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button