Usul Fiqh

Belajar Usul Fiqh, Mabadi Awaliyah, Pembahasan Tentang Nahyu (Larangan)

Temen-temen kali ini kita masuk pembahasan An-Nahyu, kalimat larangan. Apa sih kaedah-kaedah yang dikandung dalam kalimat larangan yang ada dalam ilmu fiqh. Nah… simak berikut penjelasannya ya ..

NAHY adalah permintaan meninggalkan pekerjaan dari yang lebih tinggi derajatnya kepada yang lebih rendah derajatnya. Dalam NAHY terdapat beberapa kaidah yaitu :

 

1. Al Ashlu fin Nahyi Lit Tahrim Illa ma Dalla dalilu ‘ala khilafihi

“Asal dalam larangan itu hukumnya haram kecuali terdapat dalil yang menjelaskan tentang perbedaannya”

Seperti firman Allah Swt :

ولا تفسدوا فى الارض بعد اصلاحها

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’raaf : 56)

 

2. An-Nahyu ‘anisy syai’ amrun bi dhiddihi

“Melarang sesuatu berarti juga memerintah yang berlawanan dengan sesuatu itu”

Seperti firman Allah Swt :

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil.” (QS. Al-Baqarah : 188)

 

3. Al-Ashlu fin Nahyi yadullu ‘ala fasadil manhiyi ‘anhu fil ‘ibaadah

“Asal dalam larangan itu menunjukkan pada kerusakan perkara yang dilarangnya dalam beribadah.”

Seperti sholat dan berpuasanyanya orang yang sedang haidh.

 

4. An-Nahyu yadullu ‘ala fasaadil manhiyyi ‘anhu fil mu’amalah in raja’a nahyu ila nafsil ‘aqdi.

“Larangan itu menunjukkan pada kerusakan perkara yang dilarangnya dalam bermu’amalah jika larangan itu merujuk pada dzatnya akad.”

Seperti dilarangnya jual beli kerikil. Sebagaimana sabda Nabi Saw :

Nabi Saw telah melarang melakukan jual beli kerikil.” (HR. Muslim)

 

5. Wa in raja’a ila amrin khorijin ‘anil ‘aqdi ghairi Laazimin, falaa

“Jika larangan itu merujuk pada perkara yang keluar dari bentuk akad yang tidak lazim maka tidaklah menjadi batal”,

Seperti pada bentuk jual beli disaat adzan sholat Jum’at, firman Allah Swt :

Apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jumu’ah : 9)

Hal itu karena akan mengganggu dalam usaha melakukan kewajiban sholat Jum’at, dan gangguan itu ada ketika terjadi proses jual beli dan lainnya termasuk juga jika makan.

 

Sumber : Terjemah Usul Fiqh Mabadi Awaliyah, Abdul Hamid Hakim

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button