Kajian

Puasa Ramadhan Itu Memang Beda, Oleh Ust. Muzaidi, Lc.

Berbeda dengan ibadah – ibadah lainnya. Untuk ibadah – ibadah lain kadang Allah perlihatkan langsung kadar dan jumlah pahalanya, bahkan kelipatannya. Dimana Allah melipatkan pahala kebaikan sepuluh hingga tujuh ratus kali.

Membaca satu huruf Al – Qur’an senilai satu kebaikan ( pahala ) dan setiap kebaikan dilipatkan pahalanya hingga sepuluh kali. Dan lebih banyak lagi pahala yang diberikan jika huruf – huruf Al- Qur’an itu dibaca di dalam bulan Ramadhan. Pahalanya akan dilipatkan hingga 700 X .

Rasulullah saw. bersabda, “Sesiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan ( pahala ). Dan setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kali. Aku tidak menghitung Alif Laam Miim ( الم ) satu huruf. Melainkan Alif dihitung satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf,” ( HR. Imam Tirmidzi, dari Abdullah bin Mas’ud – ra- ).

Jadi, membaca الم senilai 30 kebaikan ( pahala ) dan sangat tidak mungkin sehari kita hanya membaca الم , pasti lebih dari itu.

Demikian pula ibadah shalat, zakat, sedekah, membantu orang lain, beradakwah dan berbagai ibadah lainnya kadang Allah tunjukkan kadar dan jumlah pahalanya.

Namun tidak demikian dengan ibadah puasa. Ia adalah ibadah yang sangat istimewa. Disebutkan dalam Shahih Muslim, “Setiap amal perbuatan manusia pahalanya akan dilipatkan sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah ‘Azza Wajalla berfirman, “Kecuali puasa. Sungguh, ibadah puasa itu milik-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya. Karena hanya untuk-Ku hamba-Ku rela menahan makan dan syahwatnya”.

Jelas, firman Allah ‘Azza Wajalla ini menunjukkan betapa besar dan banyaknya pahala puasa. Karena jika Allah yang Maha Memberi telah menjamin akan memberikan pahalanya sendiri. Itu berarti pahala puasa sangat besar dan banyak.

Mengapa bisa se- istimewa itu? Puasa menjadi ibadah yang sangat istimewa karena sifatnya yang berbeda. Rata- rata ibadah bertumpu pada gerakan badan. Maksudnya, simbol ibadah itu terlihat dalam gerakan anggota badan yang dilakukan oleh seseorang. Sehingga orang bisa melihat bahkan menilai kwantitas dan kwalitasnya.

Oleh karenanya ibadah tersebut berpeluang bisa diriya’- kan ( pamer ) oleh yang melakukannya. Pura-pura husyu’ dalam mengerjakan shalat namun sejatinya tendensius dunia; supaya terlihat Abid di mata calon mertua. Melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan keras ditambah suara indah. Bisa jadi ada maksud duniawy yang ingin diraihnya seketika. Riya’ itu namanya – kita berlindung kepada Allah darinya-.

Ibadah puasa sama sekali tidak berpeluang bisa diriya’-kan. Karena puasa tidak bertumpu pada gerakan anggota badan yang bisa dilihat dan dinilai oleh orang lain.

Puasa erat berkait dengan niat yang sangat rahasia, orang lain tidak bisa melihatnya apalagi menilainya. Karena niat tempatnya di hati hanya Allah yang tahu dan memberikan penilaiannya.

Orang lain tidak akan tahu apakah seseorang itu sedang berpuasa ataukah tidak? Dan pelaku puasa juga tidak bisa memamerkan puasanya kepada orang lain. Hanya Allah yang tahu dan hanya Dia Ta’ala yang akan menilai dan memberikan pahalanya.
“Kecuali puasa. Sungguh puasa itu milik-Ku dan hanya Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya,” ( firman-Nya).

Duhai istimewanya, tiada yang bisa membandinginya. Sayang jika kita tidak bisa menjalaninya dan amat disayangkan bila seseorang bertemu dengan masanya (Ramadhan) tapi enggan mengerjakannya.

Sebab Allah memberi pahala orang yang berpuasa dengan bilangan pahala yang sebanyak- banyaknya bahkan tanpa ada batasnya.

Sebagaimana firman-Nya,” إنما يوفى الصابرون اجرهم بغير حساب
Hanya orang- orang yang bersabrlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas ), ” ( Az-Zumar:10).

Maka tak ada salahnya jika kita banyak memohon kepada Allah semoga kita diberi keselamatan dan kesehatan serta kemampuan untuk bisa bertemu ramadhan.

Kita memohon dan banyak berdoa dengan doa:
اللهم سلمني لرمضان وسلم رمضان لي وتسلمه مني متقبلا

Ya Allah, selamatkanlah aku hingga bisa berjumpa dengan ramadhan, mudahkanlah aku untuk beribadah sepanjang ramadhan dan terimalah ibadahku selama bulan ramadhan, ( HR. Tirmidzi). Aamiin

Ditulis Oleh. Ust. Muzaidi, Lc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button